Sulaiman Juned sebagai penulis seakan-akan mengembalikan doa yang pernah ada di kampung halaman (Aceh) seperti memulangkan, membalikkan keadaan agar kita tetap mengingat apa yang pernah dilakukan untuk melawan santet atau pengobatan kepada orang lain.
Buku puisi "Rajah" ini telah menjadi buku tunggal yang ke 15 dari Sulaiman Juned, baginya menulis buku adalah jalan untuk tetap memperkenalkan budaya, membuat kita tetap berpikir dan akan terus berkarya dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
Dirinya saat ini menjabat sebagai Ketua Jurusan Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Padang Panjang.
"Rajah" niatnya akan diluncurkan sekaligus di bedah dalam akhir bulan ini sabtu, 31 Oktober 2020 melalui zoom meeting dengan narasumber Dr. Sahrul Nazar, M.Si (kritikus dan Dosen Prodi Seni Teater), Mustafa Ismail (Penyair, Redaktur Budaya Koran Tempo Jakarta), Muhammad Subhan (Penyair, Penulis dan Pegiat Literasi Sumatera Barat). Sedang moderator adalah Ubai Dillah Al Anshori (Penyair dan Redaktur Budaya Rakyat Sumbar). Semoga berjalan dengan baik, keadaan saat ini tidak membuat kita untuk berhenti berkarya.
Dalam keadaan bagaimana pun kita bisa berkarya, selagi masih bisa berpikir," ucap Sulaiman saat bertemu kampus ISI Padang Panjang, Selasa (20/10).
Dengan terbitnya buku "Rajah" membuat penyair kelahiran Aceh tersebut berhasil menerbitkan bukunya dalam waktu satu tahun satu buku. Sebagai salah satu penyair yang sangat produktif kita sangat layak memberikan apresiasi terhadap dirinya. Berikut ini salah satu penggalan puisi yang ada di dalam buku "Rajah".
(kurajah kurajen puleh nyoe teuka laen)
aku
sedang mengaduk-aduk angin
gerimis hujan panas terik bara api bertarung
diruang kepala. Menambatkan
puisi pada kabut
gigilnya merajah jiwa.
Terbitnya buku "Rajah" karya Sulaiman Juned yang diterbitkan oleh Salmah Publishing bekerja sama dengan Komunitas Seni Kuflet Kota Padang Panjang (2020). Mari kita nantikan nyala dan doa yang akan dikumandangkan atas buku puisi tersebut. .... ( Pul / Bahrun ).