PADANG- Tingkat inflasi Sumbar 2016 tercatat sebesar 4,89 persen, jika dibandingkan tahun sebelumnya (yoy/year on year). Angka ini lebih tinggi dibandingkan nasional yang angka inflasinya sebesar 3,02 persen secara yoy.
"Inflasi ini dominan disebabkan oleh faktor gangguan produksi akibat cuaca dan kenaikan tarif angkutan udara, pada saat perayaan hari besar keagamaan," ungkap Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno pada high level meeting Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar di aula BI Sumbar bersama stake holder terkait, Selasa (24/1/2017).
Dikatakan, pertemuan ini untuk melakukan evaluasi program TPID 2016 sekaligus membahas rumusan pelaksanaan program 2017. Hadir dalam pertemuan itu, Kepala BI Wilayah Padang, Puji Atmoko, pimpinan OPD Setdaprov Sumbar serta pihak terkait lainnya.
Komoditas utama Penyumbang Inflasi Sumbar 2016, ungkap Irwan, antara lain cabai merah, beras dan rokok kretek filter, masing-masing sebesar 44 persen, 7 persen dan 5 persen dari total inflasi tahunan 4,89 persen itu (yoy).
"Untuk 2017 terdapat resiko kenaikan BBM dengan besaran yang belum ditentukan. Berdasarkan historis, kenaikan BBM memiliki dampak langsung yang besar pada administered price dan memiliki dampak lanjutan yang bervariasi pada kelompok volatile food dan inflasi inti," ungkap Irwan. (tf/ko)