“Ketika berbicara tentang batik, sesungguhnya kita sedang bicara tentang karya adiluhung karya yang bernilai tinggi dari kebudayaan atau peradaban Indonesia yang sudah ditekuni oleh orang Indonesia secara turun temurun. Kita bicara batik, maka sebenarnya kita bukan hanya bicara tentang selembar kain atau pakaian yang dilukis dengan motif. Batik adalah bagian dari keunikan budaya Indonesia, bagian dari jati diri orang Indonesia yang harus selalu kita jaga dan kita lestarikan.” Pernyataan ini disampaikan Ketua DPR RI Puan Maharani dalam sambutannya sebelum mengumumkan nama-nama pemenang lomba desain yang diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Ketua DPR RI perempuan pertama ini, terus merawat dan menghidupi batik yang termasuk dalam ragam wastra nusantara merupakan salah satu wujud nyata dari apa yang pernah disampaikan Presiden pertama Sukarno, bahwa orang Indonesia perlu memiliki berkepribadian yang berlandas pada kebudayaan bangsa. Membuat lomba desain motif batik seperti yang dilakukan oleh KPP-RI ini, menurut Puan, merupakan bagian dari gotong royong besar rakyat untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan Indonesia.
“Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengajak perempuan-perempuan di parlemen supaya terus menjadi pelopor kemajuan budaya Indonesia. Bukan hanya batik, tapi seluruh wastra atau pun kebudayaan Indonesia yang bisa kita pergunakan, bisa kita pakai, bisa kita lestarikan, dan tentu saja kita jaga sebagai warisan budaya yang memang milik Indonesia. Karena sekarang ini banyak sekali produk budaya Indonesia yang kalua tidak kita patenkan, produk budaya Indonesia kemudian diklaim milik negara lain,” katanya.
Puan yang tampil elegan dengan gaun hitam dan blazer batik berwarna sogan itu menggaris bawahi pentingnya para anggota parlemen untuk meresapi, menrawat dan menghidupi terus budaya Indonesia. “Inilah tugas kita untuk bisa ikut menjaga dan melestarikan apa yang menjadi budaya Indonesia. Bukan hanya cara berpakaian, tetapi juga, bagaimana cara kita menjalankan tugas sebagai anggota parlemen. Karena budaya itu mencakup tata cara kita berbicara dan berperilaku, bukan hanya berpakaian,” ia menegaskan.
Digelar dengan skala nasional, 91 desain motif batik dikirimkan para perajin batik dari berbagai wilayah di Indonesia pada panitia lomba yang membuka pendaftaran selama tiga pekan pada November 2021 lalu. “Dari 91 desain motif yang masuk, kami memilih 20 sebagai finalils dan memilih lima pemenang. Rencananya, desain motif batik ini nanti bisa menjadi pilihan motif untuk menjadi seragam para perempuan parlemen baik di pusat mau pun di daerah,” kata *Casytha A. Kathmandu*, amggota DPD RI Provinsi Jawa Tengah yang menjadi ketua panitia lomba.
*Krisdayanti*, anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang besama dengan *Ratu Ngadu Bonu Wulla* (anggota Fraksi Partai Nasdem), *Kanjeng Ratu Hemas* (anggota DPD RI dari Provinsi DI Yogyakarta) dan *Arzeti Bilbina* (Fraksi PKB) mengatakan, baru kali ini ia menjuri lomba desain motif batik yang temanya perempuan dan rempah. “Tema itu tampaknya membuat motif-motif yang dilahirkan para peserta yang sebagian besar adalah perajin batik juga menjadi unik. Dalam motif batik jadi bisa ada cabai, asam, cengkih, bunga lawang dan rempah-rempah lainnya. Perempuan dan rempah Indonesia ini bisa menjadi pemantik ide dan imajinasi para peserta untuk menerjemahkannya. Saya senang, pemenangnya anak muda, baru 16 tahun, berbakat dan mudah-mudahan bisa menjadi motivasi anak muda lain untuk terus melestarikan batik,” ungkap Krisdayanti.
Sebagai tindak lanjut lomba, Presidium KPP-RI, *Dewi Asmara* (Fraksi Partai Golkar) mengatakan pihak KPP-RI akan menjadikan motif batik yang terpilih sebagai pemenang menjadi batik untuk seragam perempuan parlemen tidak hanya di pusat, melainkan juga di daerah tingkat satu hingga tingkat dua. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi sekaligus upaya para perempuan parlemen untuk terus merawat dan menghidupkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. (**)