Foto : Yulmi, S.Pd., Kepala sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Airpura, kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat


mediaterobos.com, Pesisir Selatan- Cerita Covid-19 bukan hal baru lagi, para siswa, orangtua, dan guru jungkir balik mengikuti proses belajar jarak jauh via daring, bagi murid yang tinggal dipedalaman pedesaan harus mencari siknyal internet. Di tempat lain, ada keluarga-keluarga yang tak punya ponsel sama sekali, ada juga yang bergantian memakai satu ponsel milik orangtuanya. Sekalipun mudah mendapatkan akses internet dan punya ponsel, banyak keluarga yang kerepotan membeli kuota di saat ekonomi keluarga tergulung saat ini.

Yulmi, S.Pd kepala sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Airpura, kabupaten Pesisir Selatan, menyebutkan, dimasa Covid-19, SD Negeri 12 Airpura sebagaimana di SD lain yang ada di Pesisir Selatan, pada umumnya melaksanakan belajar secara dering atau luring. Sudah melakukan Belajar Dari Rumah (BDR). 

"Dimasa Pendemi, pelaksanaan belajar mengajar dilaksanakan secara dering dan luring, yang dimaksud sekolah dering adalah, anak tidak datang ke sekolah hanya belajar dari rumah, belajar luring adalah, anak boleh datang kesekolah menjeput tugas dan dikerjakan di rumah, kemudian diantar kembali ke sekolah," pungkas Yulmi kepala SDN 12 Airpura. 

Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) mengombinasikan daring, luring. Guru membentuk WA group kelas. "Kita pihak sekolah juga penekankan kepada anak agar mematuhi protokol kesehatan, kepada semua guru dan orang tua murid yang mau datang ke sekolah dapat mematuhi petunjuk dari pemerintah," tambahnya. Kepada media ini, Selasa, 27 Oktober 2020 di kantornya.

Dia, Yulmi, S.Pd., kepala Sekolah Dasar Negeri 12 Airpura mengatakan, di sekolah yang dia pimpin sekarang sangat mengalami kekurangan alat mobiler. Akibat kekurangan mobiler, murid merasa tidak nyaman mengikuti pelajaran, sebelum Covid-19, murid banyak yang duduk dalam satu bangku tiga orang.

"Misalnya saja, sebelum Covid-19 melanda negara kita, waktu tahun 2019 yang lalu, dalam satu bangku ada yang tiga orang diduduki murid, sedangkan maksimal hanya untuk dua orang saja. Sekolah ini sangat banyak mengalami kekurangan mobiler seperti meja, kursi dan lainnya". cakapnya.

Kekurangan mobiler di sebabkan banyak mengalami kerusakan akibat termakan usia. Sebahagian kursi yang rusak telah di upayakan untuk memperbaiki. Namun tidak bertahan lama, sebab kursi yang terbuat dari kayu telah banyak yang lapuk. Selain kekurangan mobiler, bangunan sekolah itu semenjak berdiri belum ada perwatan.

"Itulah kondisi sekolah kita saat ini, kita bisa berharap kepada pemerintah melalui dinas terkait bisa mengucurkan anggaran untuk mobiler, sehingga anak kita bisa belajar dengan nyaman," pungkasnya mengakhiri. (hen)




 
Top