mediaterobos.com- Kehidupan memang penuh misteri tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi dikemudian hari. Sebagai umat manusia kita hanya bisa merencanakan Tuhan yang menentukan. Hal seperti ini juga dirasakan oleh Zainal seorang anak asli dari Ampalu Tinggi Nagari Lareh Nan Panjang yang memulai karirnya menjadi seorang Nahkoda Kapal.

Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) pada tahun 1994 Zainal memutuskan untuk berlayar yakninya di kapal Kusuma Bina Nusa, setelah itu melamar ke perusahaan luar negeri di kapal Jepang dengan nama Jaya Bintang Samudra tahun 2002, dan pada tahun 2005 melamar ke perusahaan luar negeri di kapal Sun Yu Maru 12 dengan banyak rute negara Singapura, Irlandia, Kanada, dan Brasil. Syen Se Maru dengan rute ke Peru dan Amerika Latin dan terakhir ke Sukumaru, Spanyol.

Selama berlangsungnya profesi seperti yang diperlukan kapal penyelamatan yang memerlukan kompilasi yang dibawa oleh kapal, maka keselamatan lalu lintas yang dipertanggungjawabkan dikeluarkan pada saat itu yang pernah dibawa rombongan Bupati Muslim Kasim.

“Tidak hanya bertanggung jawab atas keselamatan penumpang, tantangan lain yang diselesaikan kompilasi, yakninya, kesolidan tim, dan persamaan tujuan antara satu dengan yang lain sehingga dapat mengatur diri sendiri dan sampai tujuan dengan selamat. Dan satu hal penting yang menjadi tantangan saat membawa kapal yakninya kondisi cuaca yang tidak bisa ditebak dan kondisi mesin. "

Suami dari Sofi Helmina ini juga mengatakan puasnya dalam mengendari kapal karena memiliki MPL sehingga ia tidak lagi bertanggung jawab untuk mengarungi samudra dengan kapalnya karena itu memerlukan yang lebih besar.

Setelah memutuskan untuk berhenti menjadi nahkoda kapal, pada tahun 2004 Pria 46 tahun ini memutuskan untuk menjadi tenaga honorer di Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai nahkoda kapal pengawas perikanan Kabupaten Padang Pariaman.

“Setelah memutuskan untuk meninggalkan dunia perkapalan saya memilih untuk menjadi tenaga honorer di Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai nahkoda kapal pengawas perikanan Kabupaten Padang Pariaman. Setelah dua tahun menjadi tenaga honorer pada tahun 2006 saya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. ” terangnya.

Bapak dua anak ini juga mengumumkan tahun 2008 ia ditugaskan belajar di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta hingga tahun 2013, setelah menyelesaikan studinya ia memutuskan kembali ke Dinas Perikananan dan Kelautan dimana sebelumnya pernah menjadi ajudan bupati dan di tempat di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Padang Pariaman.

Pada tahun 2015 Zainal dimutasi ke Kecamatan sebagai Kasubag Umum dan Kepegawaian di Batang Gasan, setelah itu ditunjuk menjadi PJ Wali Nagari di Malai V Suku Timur Kecamatan Batang Gasan dan pada tahun 2018 terpilih menjadi Wali Nagari di Lareh Nan Panjang Selatan.

“Banyak perbedaan yang dirasakan kompilasi menjadi nahkoda kapal dengan menjadi nahkoda nagari. Ketika Menjadi nahkoda Kapal Ruang lingkup Yang Harus ditanggungjawabkan Hanya sekitaran Kapal Saja seperti Keselamatan Penumpang Kapal selama Perjalanan, kesolidan tim, Dan keadaan Cuaca selama Berlayar Dan ITU terlihat Langsung BERBEDA DENGAN ketika Menjadi Wali Nagari Dimana tanggungjawabnya LEBIH gede KARENA Satu nagari Harus dihandle Beroperasi Langsung Dan tidak bisa dilihat dengan mata yang dilewatkan yang terjadi. ”Terangnya

Selama diberikan sebagai Wali Nagari Lareh Nan Panjang Selatan penghargaan yang diraih oleh Zainal yang disetujui Pelunasan PBB tahun 2018, Nagari terbaik UPK tahun 2018, pada tahun 2019 berhasil Piagam maghrib berjamaah dari KUA Kecamatan VII Koto Sungai Sariak dan dipilih sebagai Nagari Sadar Hukum dari Kantor Wilayah Hukum dan HAM pada tahun 2019.

"Alhamdulillah, selama dua tahun berkumpul sebagai Walinagari Lareh Nan Panjang Selatan beberapa prestasi yang telah diraih ini

Walinagari yang memiliki prinsip hidup melibatkan Mungkin yang ditanamkan yang akan dituai ini juga membahas tantangan terbesar selama Walinagari yakninya pada saat merebaknya kasus Covid-19 pada saat pembagian BLT dimana ia pernah dituduh tidak adil dalam bantuan bantuan ini.

"Tantangan terbesar yang saya rasakan selama ini terjadi pada yakininya saat masa pandemi Covid-19 saa pembagian bantuan di mana saya pernah dituduh tidak adil dalam pembagian bantuan ini, karena terkait relasi penyaluran bantuan bantuan ini yang terkait dengan peningkatan sosialisasi sesuai harapan pemahaman masyarakat tersebut." Tutupnya

Perubahan yang signifikan diterima oleh Zainal, S.STPi di mana sebelumnya nahkoda di kapal yang harus mengarungi samudra dan melawan ombak besar berputar halun menjadi nahkoda nagari di mana pada prinspinya ini ada takdir yang harus ia jalani, karena orang itu bisa saja ada yang mau cari jalan umat-Nya. (HumPro_PP)
 
Top