mediaterobos.com 

Gunungsiti- Peternak Ayam Broiler (ayam potong) diwilayah Kota Gunungsitoli melakukan audensi kepada Walikota Gunungsitoli Ir. Lakhomizaro Zebua, Rabu (06/11/2019).

Para peternak ayam broiler tersebut berjumlah kurang lebih sepuluh orang,yang hanya mewakili para teman-teman mereka diterima oleh walikota Gunungsitoli Ir. Lakhomizaro Zebua bertempat disebuah rumah miliknya di salah satu kebunya.

Tujuan dan masuk para peternak ayam broiler (ayam potong) ini beraudensi yaitu menyampaikan keluhan dan meminta kepada walikota Gunungsitoli agar dapat menertibkan ayam broiler yang didatang dari luar pulau Nias yang masuk melalui pelabuhan Gunungsitoli, sebelumnnya mereka telah melayangkan surat kepada Walikota Gunungsitoli pada tanggal 24 Oktober 2019 minngu lalu yang salah satu isinya agar Pemerintah Kota Gunungsitoli Dhi Walikota Gunungsitoli menertibkan masuknya ayam broiler (ayam potong) ke Nias melalui pelabuhan Kota Gunungsitoli

Menanggapi keluhan dan permintaan para peserta audensi walikota emnyampaikan, bahwa tidak bisa melakukan pelarangan dan penertiban untuk menyetop masuknya ayam broiler dari luar pulau Nias tersebut


“Saya tidak bisa melakukan pelarangan kepada para pedagang tersebut, karena kita bisa kena nanti terkait dengan undang-undang perdagangan, bahkan saya bisa diadukan nanti, saya tetap berpihak pada kalian sebagai peternak, tetapi tidak bisa melakukan pelarangan masuknya ayam dari luar pulau Nias tersebut, dan salah satu solusinya yaitu saya akan perintahkan dan meminta kepada dinas terkait dalam hal ini dinas pertanian/peternakan, dinas perindag, dan satpol PP Kota Gunungsitoli, agar memperketat pengawasan dan pemeriksaan terhadap ayam broiler tersebut, kalau boleh satu-persatu diperiksa dan jangan diizinkan diturunkan dari mobil sebelum dilakukan pemeriksaan, dan juga nanti saya minta Sekda untuk mengawasi dan menindaklanjuti mengenai persoalan ini. “ Tegas Lakhomizaro

Mewakili peserta Audensi yang sekaligus sebagai peternak Ayam broiler (ayam potong) diantaranya Serius N harefa, Eni Telaumbanua dan Mareti Waruwu dalam keluhannya dan tuntutannya menyampaikan kepada walikota , agar ayam yang didatangkan dari luar Pulau Nias tersebut yang masuk melalui pelabuhan Gunungsitoli supaya distop atau diberikan pelarangan karena ayam mereka tidak laku lagi sehingga mereka merasa rugi.

“ Kami sebagai peternak ayam Broiler (ayam Potong) selama ini yang hanya mengharapkan penghasilan dari hasil jual ayam kami, sangat merasa tertekan dan rugi akibat dari masuknya ayam dari luar pulau Nias yang harganya sangat turun dratis dibanding dengan harga ayam kami sebelumnya Pak Wali, karena kalau kami ikuti harga sama seperti harga ayam yang masuk dari luar itu, otomatis kami rugi, karena tidak sebanding dengan harga bibit dan pakan nya,  untuk itu kami minta kepada Pemerintah Kota Gunungsitoli dhi Pak Walikota dan Dinas terkait agar  melakukan pelarangan dan menyetop masuknya ayam dari luar itu ke Pulau Nias khususnya Kota Gunungsitoli, bahkan kami mencurigai ayam tersebut sudah dicampur garam dalam makanannya dan sudah disuntik, sehingga bisa tahan sampai satu atau dua hari tidak makan juga tidak ada susutnya,bahkan  kalau sudah mati dagingya membiru.” Ucap para peternak peserta audensi.

Pantauan awak media ini, Setelah mendengarkan penjelasan dari walikota para peserta Audensi merasa senang dan puas serta menerima dengan baik penjelasan dari walikota namun mereka tetap berharap agar apa penegasan dari walikota itu kepada Dinas terkait dapat dilaksanakan seraya meminta agar keluhan mereka ini dapat diperhatikan.

Ditempat terpisah Para peternak peserta Audensi antara lain Serius N harefa, Eni Tel, Fat Harefa Als A. Joni Harefa, kepada awak media ini mengungkapkan, ada ayamnya yang sudah mencapai 5 kg/ekor dan tidak  bisa terjual karena para konsumen mereka lebih memilih ayam dari luar tersebut yang masuk melalui pelabuhan Gunungsitoli karena harganya yang lebih murah.

“ Sampai saat ini ada ayam saya sudah mencapai 5 kg/ekor dan tidak bisa saya jual, tidak laku, karena para konsumen lebih memilih ayam dari luar tersebut karena harganya murah, dan tidak mungkin saya ikuti harga seperti harga ayam dari luar tersebut, kami rugi karena tidak seimbang dengan harga bibit dan harga pakan, jadi kami sebagai peternak ini berharap kepada walikota Gunungsitoli agar dapat memperhatikan keluhan kami ini. “ Ucapnya dengan penuh harap.

Turut hadir pada audensi tersebut antara lain mewakili dari Dinas pertanian dan peternakan Yosua Lase, mewakili disperindag Budi silaban, peserta audensi dari peternak ayam, aktivis Tian Wa’u, serta Pers. (Trh)
 
Top